Sarang Angkara
Karya : Slamet Setya Budi
Kita berangkat dari sebuah rasa
terbang ke arah birunya darma
dan, cukup lama singgah berbantah
Hingga akhirnya sampai tujuan; dan pecah.
Sudikah engkau melihatku, Cinta
Aku dengan segala rindu Yang tertawan
Mencampur adukkan perasaan dengan kewarasan
Hingga yang tersisa adalah kebodohan
Malam adalah ruang petang
Yang membantai buih-buih kerinduan,
bersandar sunyi menerka bayang tak dekat,
Kilau sinar harapan menyeruak menilik mimpi semu,
tercipta kasih empati di lubuk sanubari hati
tetapi angin malam mengingatkan raga
bahwa ia hanyalah fatamorgana,
tak bisa menentukan noktah yang pasti.
Cinta,
Harap,
Luka,
Pekat,
Aku terasing pada dimensi tak bertepi
Berkawan halusinasi
Menciptakan resonansi hati
Akhirnya mempercayai ilusi cerita
Senda gurau
Saling menyapa
Semakin lama
Semakin dalam
Ku mengenalmu
Meskipun meraba raba
Lalu biarkan aku mengekalkan rasa
Sekedar untuk melepas dahaga
Cinta yang mulanya bahagia
Ternyata mengusung luka
Lara yang mengoyak dada
Kini menjadi sarang angkara
Bersedihkah engkau, rasa?
Basingbe, Jambi 4 Juli 2020
Susah Tidur