Hukum Rimba
Oleh: Sari Rimayanti*
Bumi ini terselubungi aura gelap
Manusia telah menjadi gila
Berambisi untuk menguasai dunia
Tiada kedamaian hanya pelecehan
Dirinya yang seorang pemimpin pun harus rela tersingkir
Manusia sudah di ambang kewarasan
Kriminalitas ada di kanan kirimu
Tidak ada yang ingin menyelamatkan mereka
Tuhan pun angkat tangan tak mau ambil andil
Seluruh negeri telah hancur
Semuanya menggila, tingkah mereka berubah menjadi hewan
Tiada keadilan hanya kekerasan
Hukum rimba pun diberlakukan kembali
Dia yang kuat, maka dia yang bertahan
Tak ada yang membedakan mereka dengan hewan
Logika pun seperti tidak berguna
Hanya hasrat yang menyelubungi seluruh dunia
Apakah begini akhir umat manusia?
*)Penulis merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2017 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Saat ini aktif sebagai anggota Divisi Sastra LPM Perspektif
Baca Juga : Real Madrid Kokoh Dipuncak Klasemen
Baca Juga : Aneka Kreasi Gulai, Dijamin Nafsu Makan Meningkat
Bayi Derita
Oleh: Fajar Ramadhan*
Tangis bayi pagi ini.
Mengalun perlahan, menemui jiwa –jiwa yang kebingungan,
Matanya tak kuasa terbuka,
Mulut yang menganga dan tetes air mata,
Memancing sumpah serapah, Sampah.
Dia tak mampu bicara, namun tubuhnya adalah bahasa.
Di atas tanah yang semakin menyiksa, Dia berusaha tega.
Menolak takdir, yang membawanya terlahir.
“jangan turunkan aku pada keluarga melarat”, ucapnya murni,
Dari hati yang tak berani bermimpi.
Tangis bayi pagi ini.
Dua-tiga bayi diayun diatas pelukan ibunya.
Ibu yang murung dirundung derita.
Selendang mengikat erat mereka berdua,
Terus mengayun,
Terus berpura-pura,
Terus bernyanyi,
Tapi tangis tak kunjung berhenti.
Ayahnya baru saja dipecat dari tempat kerja,
Tangis bayi semakin menjadi.
“jangan aku dilahirkan di masa ini”.
Bayi itu tak tega menghisap susu ibunya,
Yang makin hari semakin hambar tak ada rasa,
Air susu yang mengandung perjuangan orang miskin,
Yang menandingi semua jenis vitamin.
Derita dan putus asa, dihisap habis tak tersisa.
Berusaha tegar dan bertahan,
Keluarga itu tetap berdiri melawan wabah mematikan.
Tangis bayi pagi ini.
Memberitakan kepada semesta.
Ibu yang kelaparan,
Bapaknya tak punya penghasilan,
Mencari pinjaman, tapi tak mau disepelekan,
Bayi itu menolak dilahirkan.
Tangis bayi membawa siang,
Tangismu abadi.
Deritamu abadi.
*)Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2019 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Saat ini aktif sebagai anggota Divisi Litbang LPM Perspektif.