Foto : Kilarov Zaneit/Unsplash
Bacaan Lainnya
“Rectoverso”
Sedikit demi sedikit aku mulai menyusun aksara untuk kujadikan rangkaian kata.
Kalimat pun mulai ku tata untuk kujadikan sebuah sajak, yang suatu saat akan kubacakan di depanmu dengan lantang, hingga suaraku serak.
Lamun dan imajinasiku tak lepas dari pesan yang disampaikan oleh senyum tipismu ketika kita berpapasan di simpang jalan harapan.
Dan ketika lamunanku buyar, saat itu juga aku tersadar bahwa mungkin kau sebenarnya tak pernah anggapku ada.
Mengagumi dari jauh bukan tanpa alasan, tapi dengan berhati-hati agar kau tetap nyaman.
Banyak yang menjadi saksi bahwa aku memang menginginkanmu, mulai dari batu, kayu, hingga debu, semua tau.
Lihat betapa banyak dan luasnya yang menyaksikan perasaanku padamu.
Hanya saja, untuk menunjukan padamu aku tak mampu, mendekatimu saja aku merasa seperti coklat yang terkena sinar matahari, apalagi mencoba menyapamu, aku bisa mati berdiri.
Aku paham dengan konsep menyukai seseorang seperti yang sedang kualami, hanya saja aku sedang tak siap.
Sebab perasaan butuh keberanian, sedangkan keberanian butuh tanggung jawab.
Aku yakin nanti kau mau berbagi sedikit ruang di hatimu untukku singgahi, dan aku takkan membiarkan ruang itu hilang.
Tapi nanti, saat aku sudah siap, agar kau betah untuk menetap, dan tak ada hati merasa tersakiti karena kita yang saling menyayangi.
Untuk saat ini, aku menikmati apa yang sedang terjadi, sembari berdo’a agar diberikan jalan terbaik untuk cerita ini.
Selamat tidur cinta, selamat terlelap dan berbahagia di sana.
Jambi, 6 juli 2020
Spiderman
Copyright : Basingbe.com
Editor : SS. Budi