Apakah Kepribadian Ganda Itu Nyata? Simak Jawabannya

  • Whatsapp

BASINGBE.com – Tahu sosok perempuan di atas? Ia adalah bukti nyata orang yang mengalami gangguan kepribadian ganda. Mungkin sebagian teman-teman sudah tahu juga ya, tapi akan diceritakan sedikit dan dikupas dari sudut pandang para psikologi Dearisa Heditama, Pengamat perilaku manusia

Ia adalah Anastasia Wella, didiagnosis mengalami gangguan kepribadian ganda (Dissociative Identity Disorder). Wella memiliki sembilan karakter kepribadian berbeda dalam dirinya, ada Wella sebagai pribadi asli, Naura yang memiliki karakter tempramental, Paula yang ahli berhitung, Saraswati karakter model dan penari, Atin si anak kecil, Andreas si sosok pria yang suka melakukan kekerasan, Ravelin si anak millenial, Ayu yang pandai menulis sastra, dan Bilqis yang pintar membaca Al-Quran.

Bacaan Lainnya

Baca Juga : Menu Masakan Praktis Ala Anak Kost

Wella mengungkapkan bahwa karakter-karakter tersebut biasanya akan muncul ketika ia menghadapi masalah, merasa terancam, atau berada dalam pilihan yang sulit. Tanda-tanda bahwa ia akan mengalami pergantian kepribadian (switch) adalah saat ia mulai panik, migrain, dan muncul rasa cemas.

Wella juga mengungkapkan bahwa di masa lalu, ia memiliki trauma akibat perlakuan kasar dari orang tuanya. Selain itu, ia juga sering mengalami tekanan dari lingkungan sekolah. Ia sering dikucilkan, minder, dirundung, merasa cupu, dan merasa sendiri hingga ketakutan.

Baca Juga : Serius Nanya, Masih Kuat Dengan Kesendirian?

Oke…

Dari sisi psikologi, kepribadian ganda (kita sepakati di tulisan ini menyebutnya DID saja ya biar singkat) merupakan gangguan yang ditandai dengan adanya dua atau lebih jenis identitas kepribadian. Ini adalah sebuah kondisi psikologis yang rumit, di mana kepribadian yang berbeda tersebut secara bergantian mengambil alih kesadaran individu yang mengalaminya. Selain itu, individu juga akan kehilangan kontrol atas pikiran, memori, perasaan, perbuatan, hingga kesadaran atas identitasnya.

MENGAPA BISA TERJADI?

Banyak faktor yang terlibat dalam membentuk gangguan ini, tetapi DID selalu dipicu atau didahului oleh adanya trauma psikis tertentu. Trauma tersebut dapat berupa kecelakaan, bencana alam, pelecehan seksual, atau tindak kekerasan.

Baca Juga : 174 Warga Palestina Gugur, Penyataan Perdana Menteri Israel Membuat Geram

Trauma ini muncul dalam bentuk kekerasan fisik dan emosional yang terjadi secara berulang-ulang. Nah, sebagai upaya untuk mengatasi peristiwa traumatis tersebut, secara tidak sadar, otak pengidap DID berusaha untuk memisahkan memori buruk tersebut dengan kehidupan normal sehari-harinya, yang dalam istilah medis/psikologi disebut dengan disosiasi.

Mekanisme disosiasi inilah yang menimbulkan gejala DID. Oh iya, gangguan disosiatif ini ada beberapa macamnya, jujur sangat menarik untuk dibahas, tapi saya tidak akan bahas di sini karena kepanjangan. Kita akan bahas DID saja…

APA GEJALANYA?

Biasanya, ketika satu kepribadian sedang muncul, kepribadian lainnya tidak menyadarinya. Kepribadian-kepribadian ini juga bisa muncul dalam jenis kelamin, usia, nama, pola pikir, kebiasaan, gaya bicara, ciri fisik (dandanan), dan gaya tulisan yang berbeda.

Baca Juga : Cara Membuat Es Kopi Susu Kekinian Yang Menyehatkan

Jadi, mereka benar-benar merupakan orang yang berbeda-beda yang ‘terjebak’ dalam satu tubuh. Karena ini pula individu DID mengalami gangguan relasi dengan orang-orang di sekitarnya. Selain itu, ada gejala lain yang muncul, seperti:

  • Kecemasan, kegelisahan
  • Depresi
  • Suasana hati yang berubah-ubah
  • Depersonalisasi (merasa terpisah dengan tubuh dan pikirannya sendiri)
  • Derealisasi (merasa lingkungan sekitarnya tidak nyata)
  • Gangguan tidur
  • Memiliki keinginan bunuh diri
  • Halusinasi audio/visual
  • Gangguan makan
  • Serangan panik
  • Menyakiti diri sendiri
  • Amnesia, pingsan/kehilangan kesadaran

Masing-masing kepribadian muncul karena ada pemicunya, biasanya dipicu oleh stres psikososial, sehingga terjadilah transisi kepribadian.

BAGAIMANA PENGOBATANNYA?

Tujuan pengobatannya adalah untuk menghubungkan kepribadian yang berbeda-beda menjadi satu jenis kepribadian saja. Beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

Baca Juga : Ini Bisnis Tukul Arwana, Tetap Cuan Ditengah Pandemi

  • Cognitive Behavior Therapy (akrab disebut terapi CBT) untuk mengubah pola pikir kognitif dan perilaku seseorang.
  • Terapi keluarga (Family Therapy), dalam terapi ini, peran keluarga juga dilibatkan, jadi bukan hanya satu individu dengan terapis.
  • Terapi seni, seperti melukis, menyanyi, musik, dan lainnya agar individu bisa mengeksplorasi pikiran dan perasaannya.
  • Memberikan obat anti-depresan, ini hanya digunakan untuk membantu meringkankan gejala, bukan sebagai terapi utama mengatasi DID.

Jadi, gangguan kepribadian ganda itu nyata adanya.

Penulis : Slamet Setya Budi
Editor : Slamet Setya Budi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *