Fakta Negara Laos Yang Menganut Paham Komunis

  • Whatsapp

BASINGBE.com – Wah kebetulan saya pernah menulis mengenai pertanyaan ini di salah satu tugas esai saya di kampus. Oleh karena itu, saya harus membuka file tugas esai kembali dan literatur-literatur yang buat tugas esai saya. Baru pertama kali saya menemukan sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan tugas esai dan oleh karenanya dengan senang hati saya akan membagikanya.

Laos menjadi negara komunis melalui pertumpahan darah.

Bacaan Lainnya

Setelah Perang Dunia II selesai, Laos mendapatkan otonomi khusus dari Prancis pada tahun 1945. Delapan tahun kemudian mendapatkan kemerdekaan penuh dengan nama Kerajaan Laos. Agama memainkan peran penting di Laos dan oleh karenanya Buddha dijadikan sebagai agama resmi Kerajaan Laos.

Kondisi Laos sebelum tahun 1975. Walaupun video diambil pada tahun 1970, situasi Laos pada saat itu sangat mirip dengan awal-awal kemerdekaan.

Pada saat awal-awal kemerdekaan, kondisi Laos sangat memprihatinkan. Sebagian besar masyarakat Laos pada saat itu sangat tergantung kepada pertanian subsisten dan kondisi infrastruktur yang buruk dimana dari 5600 km jalan yang ada di Laos, cuma 800 km yang beraspal. Oleh karenanya pemasukan pemerintah sangat sedikit sehingga mereka tidak bisa menggaji seluruh pegawai sipilnya, tentara, polisi, dan lain-lainnya. Situasi seperti ini yang membuat banyak masyarakat Laos bersimpati kepada pihak komunis.

Kerajaan Laos sangat membutuhkan dana bantuan dan Amerika Serikat memberikan dana bantuan untuk membentung pengaruh komunis di Laos dari Vietnam Utara. Tentu saja, dana bantuan dari Amerika Serikat menimbulkan perlawanan yang keras dari Faksi Komunis Laos.


Pengaruh Perang Vietnam-Prancis (1946–1954) juga berpengaruh di Laos. Pada tahun 1950 didirikan geriliyawan yang bernama Neo Lao Issara untuk melawan Prancis di Laos. Vietnam Utara merupakan sekutu terbesar bagi geriliyawan ini dan memberikan bantuan logistik serta mengirimkan penasihat.

Pada tahun 1954, Prancis kalah di Vietnam dan oleh karenanya dibuatlah Perjanjian Jenewa yang membagi Vietnam menjadi dua, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Di dalam Perjanjian Jenewa, Laos dinyatakan sebagai netral. Walaupun statusnya netral, Prancis masih mempertahankan 2 pangkalan militernya di Laos dan melatih tentara Kerajaan Laos.

Salah satu hasil lainnya dari Perjanjian Jenewa yaitu Tentara Vietnam Utara meninggalkan posisinya di 10 Provinsi di Laos serta meminta geriliyawan Neo Lao Issara untuk dilucuti dalam waktu 120 hari. Jika tidak mereka akan dipindahkan di Provinsi Houaphan dan Phongsali. Dua provinsi tersebut dipilih karena berbatasan langsung dengan negara komunis, Tiongkok dan Vietnam Utara dan kedua negara tersebut memiliki kepentingan di Laos yaitu untuk mempermudah pemberian bantuan serta memudahkan regrouping geriliyawan Pathet Lao.

Sadar akan kekuatan faksi Neo Lao Issara, Perdana Menteri Laos pada saat itu, Souvanna Phouma sadar bahwa Laos harus mengambil sikap netral untuk menyelamatkan negaranya dan didukung pula dengan statusnya di Perjanjian Jenewa. Memanfaatkan status ini, Souvanna berupaya untuk mengajak Neo Lao Issara untuk berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik di Laos. Neo Lao Issara menyetujui tawaran tersebut dan menyerahkan dua provinsi ke pemerintah Kerajaan Laos.

Neo Lao Issara juga mengganti namanya menjadi partai Neo Lao Hak Xat (NLHX) dan berpartisipasi dalam Pemilu Laos 1958. Amerika Serikat berupaya untuk mengagalkan kemenangan partai NLHX dengan melancarkan Operasi Booster Shot. Dalam operasi ini, Amerika memberikan bantuan-bantuan kepada penduduk-penduduk desa di Laos.

Namun fakta berbanding terbalik. Partai NLHX memenangkan pemilu dan mendapatkan 9 dari 20 kursi di Parlemen. Sekutunya mendapatkan 4 kursi sedangkan oposisi Anti Komunis mendapatkan 7 kursi. 13 dari 20 kursi dipegang oleh Faksi Komunis.

Amerika Serikat kecewa dengan hasil Pemilu 1958 dan memberhentikan dana bantuan kepada Laos supaya Souvanna mengundurkan diri dari posisinya sebagai Perdana Menteri. Pada bulan Agustus 1958, Souvanna digantikan oleh Phoui Sananikhone. Phoui mengeluarkan kebijakan anti komunisnya yaitu mengeluarkan NLHX dari kehidupan perpolitikan Laos. Phoui juga berupaya untuk mengintegrasikan bekas-bekas anggota geriliyawan NLHX menjadi anggota Tentara Kerajaan Laos.

Sayangnya salah satu batalion NLHX melarikan ke Vietnam Utara dan Pemerintah Laos mencium kabar ini sebagai pemberontakan. Ditambah lagi, Vietnam Utara memberlakukan kebijakan reunifikasi dengan Selatan pada tahun 1958 dan memulai serangan geriliya di Selatan dengan membantu Vietkong. Untuk mendukung kegiatan tersebut, Vietnam Utara mengirimkan bantuan logistik ke Vietkong melalui Laos. Aktivitas Vietnam Utara di Laos menimbulkan respon negatif dari Pemerintah Laos.

Pelarian diri sebuah batalion LHX Ke Vietnam Utara, kebijakan reunifikasi Vietnam Utara, dan mengeluarkan NLHX membuat perang saudara Laos pecah.


Saya akan menjelaskan Perang Saudara Laos secara singkat.

Perang pertama kali terjadi di Provinsi Houaphan ketika Pathet Lao yang di dukung oleh Vietnam Utara berhasil merebut provinsi tersebut dengan mudah. Hal ini disebabkan Pasukan Kerajaan Laos kurang terorganisir dengan baik.

Kudeta yang dilakukan oleh Kong Le

Pada tahun 1960, seorang perwira militer Laos yang bernama Kong Le melancarkan kudeta merespon kekecewaan akan pengaruh Amerika Serikat yang terlalu besar di Tentara Laos. Kong Le sendiri merupakan orang yang bersikap netral. Pemerintah Laos melancarkan serangan untuk menggagalkan kudeta Kong Le dan berhasil. Kong le lalu melarikan diri Plain of Jars dan berkoalisi dengan Pathet Lao.

Tentara Laos sedang berjaga-jaga

Selama Perang Saudara berlangsung, Tentara Kerajaan Laos didukung oleh Amerika Serikat. Tidak hanya itu, Pasukan Pemerintah Laos juga diisi oleh suku minoritas Hmong yang dipimpin oleh Vang Pao dan juga mendapatkan pelatihan dari CIA. Mayoritas masyarakat Hmong menganut agama Kristen dan faktor agama yang membuat mereka mendukung faksi pemerintah.

Pasukan Pathet Lao

Sedangkan faksi komunis di Laos, Pathet Lao, mendapatkan dukungan dari Vietnam Utara, Tiongkok, Uni Soviet, dan negara-negara satelit Soviet lainnya (Jerman Timur, Polandia, dll). Dari ketiga negara tersebut, Vietnam Utara memberikan dukungan terbanyak yaitu melatih para geriliyawan Pathet Lao serta mengirimkan penasihat dan Tiongkok memberikan bantuan logistik, senjata, dan membangun jalan untuk memudahkan distribusi kepentingan perang.

Uni Soviet juga melakukan yang sama yaitu memberikan bantuan senjata secara tidak langusng kepada Pathet Lao melalui namun tangan ketiga, Vietnam Utara. Namun di sisi lain, Soviet juga memberikan bantuan kepada Pemerintah Kerajaan Laos. Meskipun begitu, Pathet Lao lebih condong ke Vietnam Utara dan Tiongkok daripada Uni Soviet.

Walaupun didukung oleh Amerika Serikat, Tentara Kerajaan Laos sangat tidak efektif dalam peperangan melawan Pathet Lao beserta dengan sekutunya, Vietnam Utara. Hal ini dikarenakan mereka kurang terlatih dan berpengalaman di medan perang di daerah pegunungan dan hutan-hutan. Hanya milisi Hmong yang terbukti cukup efektif dalam Perang Saudara Laos dikarenakan mereka terbiasa hidup di daerah perbukitan.

Pasukan Pathet Lao dengan Senjata Pertahanan udaranya

Selama Perang Saudara Laos yang berlangsung selama 14 tahun (1959–1973) fase perang tahun 1969–1973 merupakan periode perang terhebat. Pathet Lao mendapatkan pasokan senjata yang lebih canggih dari Vietnam Utara yang membuat tentara Hmong kewalahan. Dan juga selama perang 14 tahun, tentara Pemerintah Laos hanya berkuasa penuh di Luang Prabang, Vientianne, dan daerah-daerah dataran rendah di pinggir Sungai Mekong. Sedangkan pengaruh pemerintah di daerah pegunungan lemah.

Amerika Serikat sering melancarkan serangan udara ke Laos. Dari tahun 1964–1973 setidaknya 2.1 juta ton bom diturunkan di Laos. Hal ini dikarenakan Vietnam Utara mendirikan Jalur Ho Chi Minh di selatan Laos untuk memberikan bantuan logistik kepada pasukan Vietkong. Tahun 1971 merupakan tahun yang terparah dimana Amerika paling banyak ngebom Laos. Oleh karenanya, sampai sekarang Laos dinobatkan sebagai negara yang paling banyak dibom di dunia.

Gua Viengxay sekarang.

Fasilitas sekolah di gua.

Intensitas serangan bom oleh Amerika Serikat yang tinggi membuat Pathet Lao membuat sebuah gua yang dinamakan Gua Viengxay di Provinsi Houapan. Houapan merupakan provinsi dimana pengaruh Pathet Lao sangat kuat. Gua ini tidak hanya menjadi perlindungan bagi tentara Pathet Lao, namun juga warga sipil. Oleh karenanya, gua ini memiliki berbagai fasilitas seperti bank, teater, toko, rumah sakit, sekolah, dan markas Pathet Lao. Sekarang gua ini menjadi destinasi turis.


Tekanan dari dunia internasional membuat Amerika harus berunding di Paris pada tahun 1973 untuk menghentikan Perang Vietnam. Dalam perundingan Paris, Laos juga diikutsertakan. Hasilnya Amerika Serikat memberhentikan serangan udara dan dukungan terhadap pemerintah Laos. Kelompok Komunis dan Anti Komunis juga membentuk koalisi. Kekuatan Pathet Lao semakin membesar sebagai akibat dari perjanjian ini.

Puncaknya pada tahun 1975, Saigon jatuh ketangan Vietnam Utara dan berita ini memberikan efek yang besar bagi Kerajaan Laos. Walaupun begitu, Pathet Lao tidak langsung menggulingkan pemerintahan Kerajaan Laos setelah Saigon jatuh ketangan Vietnam Utara dikarenakan langkah tersebut dapat menurunkan dukungan dari masyarakat. Terlebih 2/3 penduduk Laos masih mendukung penuh raja. Oleh karenanya mereka menggunakan soft power.

Demonstrasi menuntut pembubaran Pemerintahan Kerajaan Laos

Berbagai cara soft power dilakukan oleh Pathet Lao. Pertama-tama, Pathet Lao menekan raja untuk membubarkan parlemen dan raja menyetujuinya pada tanggal 13 Mei. Lalu, Pathet Lao mengorganisir beberapa demonstrasi di ibu kota, Vientiane menuntut pengunduran diri raja dan pembubaran pemerintah. Pathet Lao juga memulai untuk mengirimkan pejabat, polisi, dan tentara-tentara yang mengabdi kepada Kerajaan Laos ke penjara atau kamp reedukasi.

Akhirnya setelah beberapa bulan, akhirnya pada tanggal 2 Desember 1975, sistem monarki di Laos dibubarkan. Nama resmi Laos berubah dari Kerajaan Laos menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos. Tidak hanya itu, Agama Buddha tidak lagi menjadi agama resmi dan Laos secara resmi menjadi negara sekuler.

Bendera Laos pun berubah dari yang ini:

Menjadi yang ini:

Sampai sekarang, Laos merupakan sedikit dari negara di dunia yang masih dipimpin oleh satu partai, Partai Revolusioner Rakyat Lao dan juga negara komunis sampai sekarang.


Sumber:

Boobbyer, C., 2015. Viengxay Caves, Laos: Where Thousands Hid From American Bombs. [online] The Telegraph. Available at: <Viengxay caves, Laos: where thousands hid from American bombs> [Accessed 26 September 2020].

Evans, G. (2002). A Short History of Laos: The Land in Between (A Short History of Asia series). Sydney, Australia: Allen & Unwin.

Langer, P. and Zasloff, J., 1969. Revolution In Laos: The North Vietnamese And The Pathet Lao. RAND Corporation.

Langer, P., 1972. The Soviet Union, China, And The Pathet Lao. RAND Corporation.

Paul, C., Clarke, C., Dunigan, M. and Grill, B. (2013). Paths to Victory: Detailed Insurgency Case Studies. RAND Corporation, pp.147–156.

Penulis : Naufaldi Anindya Pratama
Editor : Slamet Setya Budi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *