BASINGBE.com – Pesawat tempur Israel kembali melancarakan agresi terhadap Jalur Gaza melalui udara dan laut. Warga di Yerusalem dan Gaza mengatakan mereka bersiap-siap atas memburuknya kondisi di tengah terus berlanjutnya saling serang antara kelompok Palestina dan tentara Israel.
Dilansir Palinfo melalui npc.or.id, pesawat tempur Israel, Rabu pagi (12/05/2021), melancarkan serangan di 20 titik di Khan Younes dan belasan sasaran lainnya.
Bacaan Lainnya
Hingga berita ini diturunkan tercatat 35 warga Palestina gugur. 12 korban diantaranya adalah anak-anak dan 3 perempuan, sementara jumlah korban luka-luka mencapai 233 orang.
Berikut ini rentetan peristiwa di Gaza sejak pukul 02.05 dini hari waktu setempat hingga pukul 06:10 Pagi:
Waktu Peristiwa 02:05 Serangan udara Israel di wilayah Tel Hawa, Jalur Gaza bagian barat. Seorang ibu dan dua anak-anak dilaporkan gugur. 02:25 Penghancuran gedung perusahaan media Al-Jauharah. Gedung tersebut menjadi yang kedua yang dihancurkan Israel. 02:50 Serangan roket Israel di Selatan Khan Younis. 02:55 Al-Qassam melepas 100 roket besar ke wilayah Beersheba, sebagai balasan atas serangan Israel terhadap permukiman warga sipil di Gaza. 03:06 Serangan udara di wilayah Masjid Al-Ihsan, wilayah Jabaliyah, Jalur Gaza Bagian Utara. 03:08 Al-Qassam melepas 110 roket ke wilayah Tel Aviv dan Bandara Internasional Ben Gurion. 03:50 Al-Qassam menyerang Asheklon selatan dengan 20 roket jenis Q20 dan menyebabkan kebakaran di wilayah pertanian. 04:07 Angkatan laut Israel menyerang pantai barat Gaza. 05:05 Pesawat tempur Israel menyerang dua rumah warga sipil di Khan Younis. Rumah tersebut hancur dan 4 warga luka-luka. 05:50 Israel melancarkan belasan serangan ke wilayah Gaza. 06:05 Pesawat tempur Israel melepas 20 roket ke wilayah Khan Younes. 06:10 Pesawat tempur Israel menghancurkan seluruh bangunan gedung imigrasi milik
Historis Singkat Konflik Israel dan Palestina
Dilansir dari Jurnal karya Sugianto (2013) dengan judul The Israeli military aggression to the Gaza Strip in 2008-2009 menyebutkan bahwa konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung lebih dari setengah abad yang melibatkan banyak negara barat. Konflik berawal dari keputusan Resolusi Majelis Umum PBB nomor 181 pada tanggal 29 November 1947 tentang United Nation Partition Plan (Pembagian wilayah Palestina) yang mengakhiri mandat pemerintah Inggris diwilayah Palestina pada tanggal 14 Mei 1948.
Kemudian membagi wilayah Palestina menjadi dua negara yaitu wilayah yang diperuntukkan bagi masyarakat Yahudi dan Arab Palestina. Keputusan PBB membagi wilayah Palestina menjadi dua negara menuai protes rakyat Palestina yang sudah sejak lama menempati wilayah tersebut. Sementara keputusan PBB ini disambut bangsa Yahudi dengan mendirikan negara Israel pada tanggal 14 Mei 1948 bertepatan dengan berakhirnya mandat pemerintah Inggris di wilayah Palestina yang didukung oleh Inggris dan Amerika Serikat.
Wilayah Palestina yang semula merupakan suatu kesatuan wilayah yang utuh, sekarang terbagi menjadi wilayah yang dikuasi oleh bangsa Arab Palestina dan bangsa Yahudi sejak tahun 1948. Sejak berdirinya negara Israel, bangsa Arab Palestina banyak mengalami penindasan, penyiksaan dan pengusiran oleh pemerintah Israel. Ini dilakukan Israel untuk memberikan ruang bagi imigran Yahudi dari seluruh penjuru Dunia, karena wilayah Palestina merupakan wilayah yang sudah berpenduduk.
Pada tahun 1880 sejumlah 95 persen penduduk Palestina adalah bangsa Arab Palestina dari total populasi 450.000 jiwa (Ma’arif, 2012: 91). Oleh karena itu muncul Gerakan Pembebasan Pelestina yang didirikan olehYasser Arafat pada tahun 1958, yakni Harakat al-Tahriral-Filistiniya (Gerakan Pembebasan Palestina) yang disingkat secara terbalik sebagai Fatah (Prabowo, 2013: 12-13).
Khususnya terhadap wilayah Jalur Gaza yang menjadi sumber konflik, yakni wilayah yang bentuknya memanjang dan sempit dari Beit Hanoun di utara yang berbatasan dengan Israel sampai dengan Rafah di bagian selatan yang berbatasan dengan Mesir.
Perasaan tertekan, terbelenggu, tidak merdeka dan frustasi menghadapi penjajahan Israel selama bertahun-tahun telah melahirkan Intifadah, yakni perjuangan merebut kemerdekaan dengan segala dana dan tenaga tanpa menggunakan militer (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2012: 544).
Rakyat Palestina hanya bersenjatakan batu untuk membela diri dengan menyerang tentara Israel yang telah menduduki wilayahnya. Intifada pertama pada tahun 1987 dan Intifadah kedua pada tahun 2000, sebagai ungkapan protes dan pengusiran terhadap kehadiran permukiman Yahudi dan tentara Israel.
Perjuangan Palestina berhasil mendesak Perdana Menteri saat itu Ariel Sharon yang sering disebut “bapak permukiman” sehingga keluarlah keputusan untuk mengakhiri permukiman Yahudi sekaligus kehadiran militer Israel di Jalur Gaza dengan kebijakan disengagement (pembatalan janji), yakni saat Israel menarik mundur pasukannya dan warga Yahudi dipermukiman yang berjumlah sekitar 8000 orang keluar dari Jalur Gaza pada tanggal 17 Agustus 2005 dan berakhir tanggal 12 September 2005 (Kuncahyono, 2009: 243).
Walaupun telah menerapkan kebijakan disengagement, Israel tetap mengontrol wilayah Jalur Gaza, karena Israel merasa terancam dengan keberadaan faksi Hamas yangmempunyai komitmen untuk menghancurkan Israel. Hamas merupakan akronim dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah (Gerakan Perlawanan Islam), merupakan organisasi yang bergerak dibidang politik, sosial dan militer yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Yassin pada tahun 1987 (Prabowo, 2013: 12-15). Sementara Jalur Gaza resmi diperintah oleh Hamas sejak tahun 2006 ketika Hamas memenangkan Pemilu Palestina.